Rabu, 03 September 2008

PENCURI LINGKUNGAN HIDUP DAN PENDIDIKAN DI DAYAK SIANG / Environment and Education Thief in Dayak Siang

Oleh: Cekroadiminoto

Dayak Siang merupakan salah satu sub Suku Dayak yang berada di Kabupaten Murung Raya, Kalimantan Tengah.
Masyarakat Dayak Siang sejak zaman dahulu sampai sekarang secara turun temurun bermata pencaharian sebagai petani
yaitu berladang, berkebun dan berternak.

Proses membuka lahan untuk berladang bagi masyarakat adat Siang tidak dilakukan dengan sembarangan, mengingat banyak hal yang harus dipenuhi syaratnya, agar lingkungan alam setempat tetap seimbang kelestariannya untuk kepentingan hidup masyarakat adat. Masyarakat adat hidup dari alam, sehingga alam dan semua makhluk baik tumbuhan/binatang yang ada dalam lingkungan alam tersebut menjadi jaminan bagi orang Dayak untuk kelangsungan hidupnya dimasa yang akan datang. Jadi secara ekonomis Suku Dayak sebenarnya tidak mengalami kesulitan.

Tetapi dalam perjalanan waktu dengan kehadiran HPH, HTI serta tambang yang berskala besar dan tidak ramah dengan lingkungan, serta makin majunya IPTEK, keadaan menjadi berubah dan bertolak belakang dengan kebiasaan hidup masyarakat adat Dayak Siang dimana wilayah adat dan tanah-tanah ulayat yang dilindungi turun temurun dirampas, dirampok dan dijarah oleh para maling yang kurang beradab dengan dalih surat izin dan memiliki modal besar.

Kedatangan investor tidak hanya banyak menghancurkan bumi Kalimantan tetapi juga menghancurkan adat istiadat dan nilai-nilai budaya yang dimiliki masyarakat adat Dayak Siang sebagai contoh kebersamaan dan gotong royong yang menjadi ciri utama masyarakat Dayak dalam “Rumah Betang” mengalami pergeseran nilai. Setelah kehadiran HPH, HTI dan tambang skala besar, diperparah lagi bahwa keuntungan yang didapat dari hasil bumi Dayak tidak dinikmati masyarakat adat Dayak Siang dengan maksimal bahkan minim.

Para pendatang yang bermodal besar, seakan beranggapan bahwa Kalimantan adalah milik mereka dan masyarakat adat seolah-olah tidak pernah ada disana. Keadaan lebih diperparah lagi bahwa pemerintah dan situasi politik di daerah maupun pusat tidak pernah memihak pada masyarakat adat Dayak Siang bahkan dengan berbagai kebijakannya melalui peraturan-peraturan pemerintah ikut menindas masyarakat adat Dayak Siang.

Pemerintah bekerjasama dengan para perampok hutan Kalimantan untuk membuat kebijakan dalam mengambil alih hak kepemilikan tanah adat. Jika demikian, kemana masyarakat Adat Siang harus mengadu? Siapa yang bisa dipercaya? Haruskah kehidupan masyarakat Dayak Siang yang aman, damai, adil dan ramah lingkungan menjadi pupus? Haruskah masyarakat adat Dayak Siang berdiam diri menanti kehancurannya?.

Ada titik celah yang menjadi perhatian bersama dan menjadi kelemahan masyarakat Adat Dayak Siang yaitu kurangnya pendidikan. Pendidikan menjadi sangat penting bagi masyarakat adat Dayak Siang untuk memahami dirinya sendiri dan memanajemen hidupnya. Dengan pendidikan pula masyarakat adat Dayak Siang mampu menguasai IPTEK. Di sisi lain yang menjadi kekuatan adalah bahwa perjuangan melawan penjajah di negeri yang sudah merdeka ini perlu kerjasama dengan setiap orang yang mengalami persoalan yang sama dari daerah dan suku manapun di Nusantara. Akhir kata dengan pendidikan masyarakat Dayak tidak lagi ditindas dan dibodohi.

By: Cekroadiminoto
Dayak Siang is one of Dayak sub-tribe located in Murung Raya Regency, Central Kalimantan. Since long time ago until now, Dayak people works as farmer from generation to generation. They usually work for cultivation land, gardening and breeding. Opening land process for farming always handed carefully. There are some requirements should be fulfilled so that environmental balance can be kept for life interest of Dayak. The Dayak can survive because of nature. The nature and all creatures become a guarantee for Dayak’s life in the future. Actually, Dayak doesn’t face economy problems.
Time by time, since Forest Industrialist Rights and Industrial Timber Estate have prevailed, mining on large scale happened without eco-friendly way, and development of science and technology improve, the condition has become very different. Daily life of Dayak Siang in custom land which preserved by generation to generation has been grabbed and stolen by uncultured thief. They have done by reasons of license from government and big financial capital. They also have got very big benefit that didn’t share to Dayak.
Investor coming has made not only damage in Kalimantan land but also cultural values, customs and traditions. For instance mutual cooperation which is the main characteristics in “Rumah Betang” is in value friction. Newcomer having big financial capital act as if Kalimantan Land is their property rights and they pretend that there is no Dayak as indigenous people life there.
The condition is getting terrible because the government and political condition didn’t side with the indigenous. Furthermore, the government has also oppressed the indigenous. The government has cooperated with Kalimantan Forest Thief to make policy in replacing property rights of land. Therefore, to whom will Dayak complain about? Who can be trusted? Should Dayak life which is safe, peaceful and eco-friendly faded away? Should they be silent waiting for more terrible damage?
There is a space that should be attention is the weakness of Dayak is the lack of education. Education is very important for Dayak to understand and manage themselves. By education Dayak can master science and technology development. In the other side the strength is the struggle against colonialism in freedom country should be consolidated among all tribal communities in Indonesia. The last word is Don’t oppress the educational rights for dayak!